## Kisah Suti Karno dan Beban Berat Diabetes: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati, Termasuk Secara Finansial
Suti Karno, aktris senior yang dikenal luas lewat perannya sebagai Atun dalam sinetron “Si Doel Anak Sekolahan,” baru-baru ini berbagi kabar bahagia sekaligus menyentuh hati. Pada tanggal 3 Februari 2023, melalui akun Instagram pribadinya, ia mengungkapkan rasa syukur karena kini mampu berdiri kembali berkat kaki palsunya. Perjalanan menuju titik ini, sayangnya, diwarnai perjuangan panjang melawan diabetes yang telah dideritanya selama 18 tahun dan berujung pada amputasi kaki.
Seperti yang diberitakan oleh berbagai media, termasuk CNN Indonesia, gaya hidup Suti Karno menjadi salah satu faktor penyebab penyakit kronis ini. Kurangnya konsumsi air putih dan kecenderungan mengonsumsi minuman bersoda selama bertahun-tahun telah merusak pembuluh darahnya, menyulitkan proses penyembuhan luka dan akhirnya berujung pada keputusan berat untuk amputasi. Pengobatan yang telah dijalaninya sejak September 2022 akhirnya mencapai puncaknya dengan tindakan medis tersebut. Kisah Suti Karno menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kesehatan dan menyadari potensi risiko finansial dari penyakit kronis seperti diabetes.
Diabetes, sering disebut sebagai “silent killer” atau pembunuh senyap, memang menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan keuangan. Biaya perawatannya yang sangat tinggi sering kali menjadi beban berat bagi penderitanya dan keluarga. Sebuah artikel Detik.com tahun 2011 mengutip pernyataan Dr. Samuel Oetoro yang menekankan bahwa diabetes bukanlah penyakit yang murah. Hal ini dikarenakan penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan seringkali memicu komplikasi lainnya.
Beberapa komponen biaya perawatan diabetes meliputi konsultasi dokter, obat-obatan, suplemen makanan, hingga tindakan medis seperti operasi katarak, cuci darah, dan bahkan amputasi seperti yang dialami Suti Karno. Biaya perawatan ini sangat bervariasi tergantung rumah sakit dan fasilitas yang dipilih. Namun, data lama yang dikutip dari pernyataan Dr. Samuel Oetoro menunjukkan gambaran biaya yang cukup mencengangkan: obat-obatan saja bisa mencapai Rp 1-2 juta per bulan, cuci darah sekitar Rp 50 juta, dan amputasi mencapai Rp 130 juta. Angka-angka tersebut tentu perlu dipertimbangkan dengan inflasi yang terjadi hingga saat ini.
Sumber lain, Hello Sehat, memperkirakan biaya rata-rata pengobatan diabetes tipe 2 mencapai Rp 8 juta per tahun. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan mitigasi risiko finansial sejak dini. Penting untuk diingat bahwa biaya kesehatan terus meningkat seiring waktu, sama seperti harga bahan pangan dan kebutuhan hidup lainnya.
Langkah preventif menjadi kunci utama. Hello Sehat menyarankan agar kita, khususnya mereka yang masih dalam kondisi normal atau prediabetes, aktif berolahraga minimal 150 menit per minggu dan menerapkan pola makan sehat. Konsumsi sayuran hijau non-tepung seperti paprika, jamur, asparagus, brokoli, dan bayam, serta buah-buahan, biji-bijian, dan air putih yang cukup sangat dianjurkan.
**Mencegah memang lebih baik daripada mengobati,** namun sebagai individu yang cerdas secara finansial, kita juga perlu mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Memiliki proteksi keuangan yang memadai untuk menanggulangi biaya pengobatan penyakit kronis sangatlah penting.
Pastikan Anda selalu membayar iuran BPJS Kesehatan secara tepat waktu. BPJS Kesehatan menanggung sebagian besar biaya pengobatan diabetes, termasuk proses amputasi. Sebagai tambahan, pertimbangkan untuk memiliki asuransi kesehatan swasta dengan manfaat yang komprehensif untuk mendapatkan akses perawatan yang lebih fleksibel dan cepat. Dengan demikian, Anda dapat mengurangi beban finansial jika menghadapi penyakit kronis seperti diabetes. Semoga kisah Suti Karno menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk selalu memprioritaskan kesehatan dan mempersiapkan diri menghadapi risiko finansial yang mungkin terjadi.